Interracial - Part I
submitted August 15, 2007
Categories: Interracial
-This story was written in Indonesian.-
Cerita ini ditulis berdasarkan pengalaman seorang teman. Terima kasih atas pengalamannya. Apabila ada diantara pembaca yang juga ingin memberikan ide fantasi, pengalaman seru, atau pengalaman cinta kalian atau apa saja, tulis saja ke tulissurat@gmail.com. Ditunggu ya, dan semoga anda suka dengan cerita ini.
Interracial – hubungan antara 2 ras atau lebih yang berbeda.
Part I.
Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Itulah yang diajari kepada kita saat di sekolah dasar. Entah sejak kapan dan mengapa perbedaan menjadi dinding pemisah antara satu dengan yang lain. Dalam dunia ini, terutama dunia gay, perbedaan sebaiknya tidaklah terjadi karena dari segi orientasi sex kita sudah berbeda dengan yang diakui di masyarakat ini.
Jadi ingat akan suatu iklan beberapa waktu lalu yang kini sudah hilang dalam peredaran, dimana anak – anak dari ras yang berbeda bersekolah di satu sekolah yang sama dan mereka juga bisa menjadi teman bermain yang akrab. Itulah harapan saya, juga semoga harapan untuk semua orang.
Saat itu, saya (sebut saja Alex) sedang bersekolah di London, Inggris jurusan master business management. Kehidupan sehari – hari saya lalui dengan belajar dan kerja part time untuk mencari uang tambahan. Walau orang tua membekaliku dengan uang yang cukup, namun salah satu tujuannya adalah juga untuk membaur dengan masyarakat lokal lebih baik lagi.
Kebanyakan dari orang Inggris tergolong kurang ramah, namun tidak pada tempat saya bekerja di sebuah toko buku kecil yang hanya memperkerjakan 8 orang saja, termasuk 2 orang pekerja part time. Disinilah saya menemukan jati diri saya yang baru, gay. Steve, seorang pekerja tetap diberi tugas tambahan untuk mengajari saya tentang serba serbi perkerjaan disana.
Dengan senang hati, Steve mengajari saya banyak hal dan ia juga senang memiliki teman baru terutama orang Asia seperti saya. Sebelumnya ia tidak pernah berteman dengan orang asing dari manapun. Saat itu, aku baru berumur 22 tahun, sedang Steve sudah berusia 26 tahun. Ia memiliki mata biru kehijauan dan ukuran tubuh yang tergolong besar (tapi kencang) dari tingginya. Perkiraanku tingginya sekitar 180an cm (perbandingan dengan tinggiku) dan berat sekitar 80an kg.
Karena kami sudah dekat, ia pun sering kuundang datang ke tempatku hanya sekedar untuk minum kopi atau teh hangat, begitu juga dengannya. Terkadang kami pun saling menginap di tempat satu sama lain. Dan selama hari – hari ini tidak ada satu hari pun saya mencurigai apapun darinya hingga suatu hari ketika ia mengungkapkan kalau ia kesal melihat saya mendapati melihat laki – laki lain. “Bersama dengan teman lelaki lain tidaklah masalah, tapi mencuri perhatian itulah sebuah masalah,” ungkapnya.
Sebagai pecinta mode (saya cukup trendy dalam berpakaian), bagi saya itu adalah hal yang biasa. Saya suka melihat mereka karena mereka memakai pakaian yang sangat pas dan bagus di tubuh. Hanya itu.
Begitu mendengar alasan itu, ia pun langsung merasa tidak enak. Seketika itu ia langsung mengungkapkan perasaan sukanya yang dalam kepada saya, sambil memelukku. Saya tidak tahu harus berkata apa. Kupikir perasaan suka antara dua lelaki itu hanya terbatas pada perasaan sayang antara dua teman. Siapa yang menyangka kalau perasaan yang ia rasakan itu lebih daripada itu?
Ketika aku hendak berkata sesuatu, ia mendekatkan jari telunjuknya kepada bibirku. Ia berkata, “Jangan, Alex. Jangan berkata apa – apa karena aku tahu kamu belum siap untuk ini. Bodohnya aku untuk mengungkapkan perasaan aku ini pada seorang lelaki yang aku tahu tidak mungkin untuk mencintai balik. Aku tidak ingin kamu berkata apa – apa karena aku juga tidak siap untuk menerima penolakanmu. Aku tidak siap apabila kamu memutuskan untuk menjauhiku.”
Aku mengangkat tangannya dari bibirku dan berkata, “Tidak, aku tidak akan menjauhimu. Malah aku ingin berterima kasih padamu karena kejujuranmu. Tidak peduli apa kamu gay atau bukan, aku sudah menganggapmu sebagai teman dekatku, teman yang aku percaya, teman yang dapat aku bagi kesusahan dan kesenanganku. Tapi…hanya itu yang bisa aku berikan. Tidak lebih. Maaf ya, Steve.”
“Tidak apa – apa. Aku mengerti dan berterima kasih karena tidak akan meninggalkanku,” tambahnya.
Malam itu, kami berbicara mengenai banyak hal termasuk awal mulanya menjadi gay dan hubungannya di masa lalu dengan bekas pacar - pacarnya. Sudah 1 tahun ini, ia memilih untuk hidup sendiri karena semua lelaki yang ia temui hanyalah ingin berhubungan sex saja. Saya sendiri bercerita bahwa hanya pernah menjalin hubungan 1 kali dengan seorang teman kelas wanita, dan itu adalah kisah 3 tahun yang lalu.
End of part I.