Interracial/foreskin/cut/first time experience
submitted August 16, 2007
Categories: In Indonesian
Cerita ini ditulis berdasarkan pengalaman dan fantasi seorang teman. Terima kasih atas pengalamannya. Apabila ada diantara pembaca yang juga ingin memberikan ide fantasi, pengalaman seru, atau pengalaman cinta kalian atau apa saja, tulis saja ke tulissurat@gmail.com. Ditunggu ya, dan semoga anda suka dengan cerita ini.
-------------------------------------------------
Entah sejak kapan aku mulai menyukai sesama jenis. Walau awalnya aku merasa hubungan ini salah, namun secara perlahan aku menerima keadaanku sepenuhnya. Bagiku menyukai sesama pria sama seperti pria menyukai wanita.
Kehidupan sehari – hariku tidak lepas dari kegiatan kuliah dan jalan – jalan bersama dengan teman semua. Hampir setiap akhir minggu aku selalu keluar untuk bersenang – senang baik di mall maupun di bar bersama mereka. Walau aku sekarang sudah berada di semester 5 di universitas swasta ternama, aku tetap membagi jadwal untuk bermain dan belajar. Ya, hitung – hitung termasuk tabungan masa depan juga. Ini adalah kisah pertama kali aku mengenal dunia gay ini.
Christian adalah teman baruku. Kami berkenalan pas pertama kali sedang mengambil jadwal kuliah. Kami sama – sama mengambil jurusan interior design. Dari segi umur ia lebih tua 1 tahun dariku. (Aku berusia 18 saat itu.) Mungkin dikarenakan sifatnya yang ramah, kami berdua merasa cocok dan lebih mudah untuk bersahabat.
Setengah tahun pertama kami lewati, dan dikarenakan jarak kampus dan rumah yang cukup jauh, kami berdua memutuskan untuk mengambil kost di dekat kampus. Kami kost dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi, dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas. Tidak besar namun cukup untuk berdua.
Setelah tinggal bersama cukup lama, baru kusadari bahwa ia memiliki badan yang bagus. Maklum, ia termasuk cukup aktif dalam olah raga terutama gym dan renang. Hampir setiap sore selesai kuliah ia menghabiskan waktu antara kedua olah raga itu sebelum makan malam. Yang kusuka darinya adalah setelah dari gym ia mandi di rumah, dan dengan memakai handuk saja ia keluar dan masuk ke kamar. Terkadang tidak sengaja aku melihat tubuhnya yang putih kecoklatan dan berotot.
Getaran dalam hati ini terasa sangat kuat pas melihatnya. Pernah suatu hari ketika ia mengajakku berenang, dan itulah pertama kalinya kuperhatikan seluruh tubuhnya walau ia memakai celana renang. Dada bidang, otot lengan, bulu – bulu halus yang tumbuh di perutnya (dengan bulu seperti itu aku yakin bulu lainnya tumbuh cukup lebat), dan bulu ketiak yang ia perlihatkan ketika sedang pemanasan.
Suatu malam, setelah ia mandi, ia duduk di kursi meja makan bersama denganku sambil mengenakan handuk putih saja. Dibawah sinar lampu putih, aku mengamatinya dengan seksama semua bagian tubuhnya termasuk selangkannya yang terbuka ketika ia sedang menuangkan air minum. Ia melihatku dan berkata, “Kok, kamu sering lihat aku terus kayak gitu sih?”
Terus terang aku tidak tahu harus berkata apa. Dengan polos dan jujur aku berkata, “Aku juga gak tahu nih. Setiap kali liat kamu kayaknya aku deg-degan aja.”
“Apa mungkin kamu gay?” Tanya Christian.
“Ha? Aku gak pernah kepikiran itu sih….hubungan sex ama cowok aja gak pernah.”
“Hubungan sex ama cowok bukan berarti gay kan? Aku nanya ama kamu, pas liat aku gini…kamu ngaceng gak? Ato kamu penasaran ama punya aku aja?”
“Gak sih, tapi rada terangsang juga. Penasaran sih ada. Pingin tahu aja punya kamu kayak gimana. Haha…” Jawabku sambil bercanda.
“Itu berarti ada kemungkinan kamu gay. Kamu belum sadar aja. Gak pa pa juga sih…Terus terang, aku juga gay koq. Jangan kasih tahu siapa – siapa ya.”
Tanpa kusangka ia begitu terbukanya denganku. Seketika aku pun terdiam tidak tahu harus berkata apa. Aku mulai bertanya bagaimana ia mulai menjadi gay, pengalaman sex yang pertama, dan sebagainya. Cerita – ceritanya membuatku jadi terangsang. Chris (panggilan singkat) berinisiatif untuk memegang tanganku dan mulai memberikan ciuman di bibir.
“Gak apa apa kan aku cium?”
“Gak, malah enak.” Aku berkata sambil menatap matanya kemudian ke arah daerah lilitan handuk putihnya.
Dia pun membuka handuknya setelah melihat mataku, dan terlihatlah penisnya yang berdiri tegak dengan batang yang panjang dan langsing dan kepala berwarna merah keunguan. Bulunya terlihat tercukur dengan rapi tapi tetap lebat, seperti yang kusangka. Ia kemudian membuka bajuku kemudian celana boxer yang biasa kukenakan saat berada di rumah.
“Wow, punyamu besar dan unik juga ya?” Kesan Chris, Punyaku memang memiliki bentuk yang mungkin terbilang ‘beda’ dari orang lain. Ketika ereksi, batangnya jauh lebih kecil daripada kepalanya, berwarna kecoklatan, berukuran sekitar 14cm dengan diameter lebih besar dari sebuah genggaman, dan sudah disunat.
Awalnya aku pikir Chris juga sudah disunat karena pas kulihat tidak ada kulit yang menutupi kepalanya, tapi ternyata setelah aku memegang dan memainkannya, baru kuketahui bahwa ia belum. Menurutnya ada berbagai jenis kulup; ia punya termasuk yang kulitnya sedikit dan rada ketat, sehingga saat ereksi, kulitnya tertarik kebelakang dan sedikit tertahan di leher penis. Saat aku menarik kulupnya menutupi kepalanya, ia terlihat dia sedikit kesakitan dan saat aku mengelus kepalanya, ia terlihat kegelian.
Untuk pemula seperti aku, melihat penis dengan bentuk ‘baru’ seperti itu sangat membuatku kagum. Aku tidak pernah melihat bentuk penis yang belum disunat, bahkan di gambar atau di film porno sekalipun. Kini bukan saja aku melihat, aku juga menelusurinya dengan jelas.
Setelah puas bermain, ia menghisap penisku dengan lembut. Sensasi lidahnya yang bermain di kepala dan penisku seakan membuatku lupa ingatan. Begitu nikmatnya, aku juga ingin mencoba miliknya. Awalnya sedikit aneh tapi ternyata tidak seburuk seperti yang dibayangkan.
“Pinter juga memainkan lidahmu.” Kesannya padaku. Aku kemudian mencoba melakukan semua yang ia lakukan tadi padaku. “Ya, disitu. Kepalanya…enak banget,” ia berkata sambil melihatku.
Ia kemudian menindihku dari atas dan mengocok penis kami berdua secara langsung. Ia sedikit kesulitan mengocok penisku karena tidak ada kulit untuk digenggam. Ketika ingin mengambil gel dari kamarnya, baru teringat ia sedang kehabisan. “Tapi jangan khawatis. Kamu masih bisa menikmatinya. Percaya deh.” Ia lalu menindihku kembali lalu menggesekan penis kami berdua, sambil menciumku dalam - dalam. Ciuman pertamaku terasa sangat manis dan lembut.
Tidak lama kemudian, ia mendesah kenikmatan dan langsung mengocok penisnya. Tiba – tiba keluarlah sperma-nya dengan pancuran yang cukup kuat hingga mengenai dada dan leherku. Tak kusangka bahwa ia memiliki sperma yang cukup banyak. Sedikitnya ada juga yang menetes tepat di penisku yang masih ereksi. Ia melihatku, menciumku lalu mengocok penisku dengan spermanya. Ah, sungguh tidak terpikir olehku. Yang membuatku terkejut, ia tahu titik rangsangku. Kocokannya membuatku menggeliat dan berteriak kenikmatan. Spermanya di atas tubuhku dioleskan di dadaku, di kedua pentilku dan di dadanya sendiri.
Tampaknya ia mengetahui bahwa aku sudah hampir mencapai orgasme; ia lalu mempercepat kocokannya. Terdengar bunyi khas kocokan dengan pelumas. Aku pun keluar sambil menyemburkan air mani yang cukup banyak. (Sudah hampir 1 minggu tidak melakukannya) Ia mencicipi sisanya air mani yang keluar sambil memainkan kepala penisku. Aku pun gelian.
Ia menghampiriku dan menciumku. Kami kemudian berbicara sebentar, bilas, lalu pergi makan malam.
Hingga saat semester 5 ini, kami masih bersama walau bukan sebagai pasangan. Persahabatan kami semakin erat dan bahkan kami sudah menganggap saudara satu sama lain.
End of .