Taiwan: sebuah kehidupan yang baru
submitted July 2, 2008
Categories: In Indonesian
Cerita ini ditulis berdasarkan pengalaman dan fantasi seorang teman. Terima kasih atas pengalamannya. Apabila ada diantara pembaca yang juga ingin memberikan ide fantasi, pengalaman seru, atau pengalaman cinta kalian atau apa saja, tulis saja ke tulissurat@gmail.com. Ditunggu ya, dan semoga anda suka dengan cerita ini.
.
Aku terbangun dengan seorang teman (atau bisa dibilang seorang pacar?) yang sedang tidur di sampingku. Setelah kupikir, tidak kusangka akhirnya aku memilih bersamanya setelah sekian lama ia berusaha mengejarku.
Kalau diingat – ingat, 8 bulan lalu aku tiba di Taiwan untuk melanjutkan studi dalam bahasa asing. Ya, di negara ini bukan hanya 1 bahasa saja yang bisa kupelajari tapi beberapa. Tentunya dengan modal seperti ini aku akan dapat dengan mudah mencari pekerjaan di kemudian hari setelah pulang ke Indonesia.
Sesampainya di Taipei, 3 Januari 2006 (winter), aku langsung dibawa ke kampus yang dibilang sangat terkenal di ibukota ini. Cuaca dingin menembus kulitku. Untungnya sebelumnya aku sudah terbiasa tinggal di negara dingin jadi hal seperti ini sudah bukan masalah. Lagipun aku termasuk salah satu orang yang menyukai musim dingin.
Kehidupan kuliah bahasa di kampus yang baru itu tidak berbeda jauh dibanding dengan di negara – negara lain. Santainya kali ini aku tidak perlu dikejar – kejar tugas dan lain sebagainya. Waktu luang yang tersedia bisa dibilang aku nikmati dengan mencari teman – teman baru baik dari negara lain maupun dari Taiwan sendiri.
Aku sebelumnya sudah menelusuri dunia gay ini sejak masih kuliah dulu di tahun pertama, kurang lebih sekitar 4 tahun lalu. Begitu koneksi internet di apartmentku sudah tersambung, aku mulai online mencari teman – teman sepenanggungan. Alhasil, aku berhasil berkenalan dengan beberapa teman gay lokal. Sayangnya, bahasa menjadi kendala. Mereka kebanyakan tidak fasih dalam bahasa Inggris, tapi kami saling berusaha untuk berkomunikasi satu sama lain.
Selang beberapa bulan kemudian (spring) saat aku sudah menguasai bahasa Mandarin (aku tergolong cepat dalam belajar bahasa), aku sudah memiliki satu orang teman dekat lokal, Kent, yang usianya 2 tahun lebih tua dariku. Dia mengajariku banyak hal, bahkan di saat kuliahku sedang libur dia rela cuti untuk pergi bersama ke kota lain. Ketika musim panas (summer) tiba dan aku hendak ingin balik ke Jakarta, aku merasakan kesedihannya dan menanyakan apakah aku bisa tidak balik. Aku pun akhirnya mengikuti kemauannya.
Saat itu, kami belum jadian. Aku memberitahu ia kalau aku tidak mencari pasangan karena setelah kuliah aku pasti akan pulang ke Indonesia dan melanjutkan usaha kedua orang tuaku. Terus terang aku tidak menginginkan hubungan yang singkat; aku ingin memiliki hubungan yang kalau bisa terus berlanjut terus. Ia mengerti akan kondisi seperti ini.
Waktu demi waktu kami luangkan bersama. Walau kami berdua sama – sama sibuk, namun kami selalu mencari waktu untuk bersama. Kadang aku merasakan ia cemburu ketika aku diajak berkenalan dengan para lelaki ketika di bar, tapi ia tahu ia tidak dapat melarangnya. Aku sudah mengetahuinya dan tentu menjaga perasaannya.
Aku tidak tahu apa yang aku lakukan benar atau tidak, namun sepertinya secara tidak langsung kami sudah terikat dan hubungan ini bisa dikatakan sudah selayaknya seperti pasangan.
Musim gugur (autumn) tiba. Daun – daun di taman Taipei sudah mulai berguguran. Cuaca mulai sejuk. Aku dan Kent piknik di taman bersama dengan beberapa teman lainnya. Ketika semua sudah pulang, ia akhirnya mengakui akan perasaan sebenarnya kalau ia sangat mencintai aku dan ia sudah tidak bisa lagi berpura – pura kalau kita hanya teman biasa. Ia memintaku untuk mencoba menjalani hubungan ini hingga aku selesai kuliah. Jika saat itu aku akan balik, maka kita pun akan berpisah secara baik – baik. Paling tidak kita bisa berada di samping masing – masing jika salah satu dari kita membutuhkannya.
Akhirnya kami pun pulang bersama ke apartment ku. Setelah menutup pintu, aku langsung memberikan ciuman pertamaku kepadanya. Sedikit terkejut tapi ia senang karena ia sudah mengerti apa maksudku. Malam itu, dengan hembusan angin yang dingin, untuk pertama kalinya, kami melakukan hubungan intim selayaknya suami istri. (3 ronde kami lakukan malam itu.)
Paginya, aku terbangun dan menatapnya. “Tidak, aku rasa aku sudah mengambil keputusan yang benar,” jawabku dalam hati. Aku mendekatinya dan mencium bibirnya yang merah itu. “Zao An (pagi),” katanya.
Kehidupan kami yang baru sudah dimulai. Ia mengajakku untuk langsung pindah ke tempatnya berhubung ia memiliki tempat yang lebih luas. Terus terang aku sudah merasa nyaman dengan tempatku tapi ya tidak ada salahnya untuk bisa tidur bersama mulai bulan depan.
Musim dingin (winter) kembali tiba. Tidak nyangka sudah hampir setahun aku disini. Kedua orang tuaku ingin datang berkunjung ke Taiwan. Untungnya tempat Kent memiliki 2 tempat tidur jadi mereka tidak berpikir yang aneh – aneh. Di saat makan malam bersama keluarga saat natal, aku mengajak Kent untuk makan malam dan ia menyetujuinya.
1 tahun sudah aku di Taiwan (bisa dibilang berhubung saat itu aku sedang liburan ke Jepang bersama dengan keluargaku tanpa Kent). Begitu tiba di apartment ku. Kent sudah menungguku dan memberikan ciuman yang hangat. Ia memelukku dengan gairahnya. Sesaat ia sudah membuka celana panjangku dan bajuku. Tidak mau kalah darinya, aku melakukan hal yang sama.
Aku menjilati dadanya yang sedikit berbulu dan bidang sambil aku mainkan ‘adiknya’ yang masih tertidur dibelakang celana brief yang dia kenakan. Begitu kepelorotkan brief nya aku langsung mengulum penisnya. Ia lalu menuntunku untuk berdiri dan disitulah ia mulai dengan aksinya.
Setelah permainan kami berakhir, kami langsung beristirahat tanpa bilas. Badanku sudah terasa lelah sekali setelah perjalanan di pesawat dan olah raga siangku yang membuat staminaku terpacu.
Sebelum ujianku dimulai, pikiraku akan pulang ke Indonesia mulai muncul. Terus terang sunggu sayang sekali apabila aku memutuskan hubungan yang sudah aku jalin bersama Kent. Seminggu kemudian, saat makan malam, Kent menanyakan rencana aku, dan aku tidak bisa bohong padanya akan apa yang sudah aku rencanakan. Ia menghargainya dan setelah itu ia bahkan makin sayang dan memanfaatkan waktu tersisa yang ia miliki sebelum aku pulang.
Di hari kelulusanku, tentunya aku berpesta dengan semua teman – teman, namun aku berjanji pada Kent aku akan pulang sebelum tengah malam karena ia ingin benar – benar meluangkan waktunya bersamaku.
Sesampainya di apartment, ia memberikan ucapan selamat padaku. Walau ia bilang sudah banyak orang yang mendahuluinya atas ucapan itu, tapi aku berkata padanya bahwa ucapannya aku anggap sebagai yang paling special. Ia tersenyum. Bersamaan dengan kue dan wine, ia memberikan aku hadiah kenang – kenangan dan mulai terharu karena aku akan pulang minggu depannya.
Di saat inilah aku mengatakan bahwa aku membatalkan rencana aku, dan aku ingin mencoba mencari pekerjaan di Taipei sambil hidup bersamanya. Ia senang bukan main ketika mendengarnya dan langsung menciumku. Ia terkejut ketika aku sudah merencanakan ini sejak akhir tahun lalu dan sudah berkonsultasi dengan kedua orang tuaku. (Mereka bahkan mendukung 100%) Tapi, aku bilang bahwa aku ingin pulang ke Indonesia dulu untuk liburan dan mengajaknya bersamaku. Lagipun liburan Tahun Baru Imlek hampir tiba juga.
Sebelum aku balik ke Jakarta, aku berhasil mendapatkan pekerjaan di salah satu majalah asing. Setelah liburan di Jakarta dan Bali bersamanya, aku kembali ke Taiwan dengan visa kerja. Sekarang, setahun kemudian kami masih bersama dengan pekerjaan yang sama juga.
Aku ingin tertawa lebar ketika aku menulis cerita ini karena Kent sedang berusaha keras untuk mengerti apa yang aku tulis. Walau kedengaran hampir tidak mungkin, tapi inilah yang terjadi.
End of .