Tetanggaku
submitted August 12, 2008
Categories: In Indonesian
Cerita ini ditulis berdasarkan pengalaman dan fantasi seorang teman. Terima kasih atas pengalamannya. Apabila ada diantara pembaca yang juga ingin memberikan ide fantasi, pengalaman seru, atau pengalaman cinta kalian atau apa saja, tulis saja ke tulissurat@gmail.com. Ditunggu ya, dan semoga anda suka dengan cerita ini.
Trims kepada salah seorang pembaca atas ceritanya.
.
Sejak umur 14 tahun kira2 waktu gue masih kelas 2 SMP gue udah mulai tertarik melihat kontol, terutama kontol orang dewasa yg tentunya ditumbuhi jembut yg lebat. Saat itu, kebetulan tetangga sebelah rumah gue pindah dan rumahnya kosong. Tapi tak lama rumah tersebut sudah dikontrak oleh 4 orang laki-laki. Usia mereka gue taksir sekitar 30-35tahun. Dari penampilan mereka semua oke. Tak perlu gue kenalin mereka satu persatu, tapi gue tertarik pada salah satu dari mereka. Namanya Ihsan. Gue biasa panggil Om Ihsan. Dia bekerja sebagai manager marketing di salah satu perusahaan swasta di kota gue tinggal. Walaupun secara fisik tubuh Om Ihsan gak atletis, tapi dia memiliki daya tarik sendiri buat gue. Gak tahu kenapa gue ngerasa nyaman banget dekat Om Ihsan. Sejak Om Ihsan dan teman-temannya tinggal di sebelah rumah gue, gue jadi punya teman, karena emang gue gak suka bergaul dengan teman seumuran disekitar rumah gue karena. Saat itu gue baru berusia 14 tahun, tentunya belum terlintas di pikiran tentang sesuatu yang macam-macam. Yang ada dibenak gue hanya perasaan seorang anak yang ingin mendapat perhatian lebih dari seorang Om Ihsan. Saat itu gue juga belum mengerti apa itu sex, apalagi hubungan sejenis. Gue baru mengenal istilah Gay dan ngerasa kalau gue Gay sejak gue masuk SMA. Hampir tiap hari gue main dirumah Om Ihsan, dia begitu baik sama gue sepertinya dia sudah menganggap gue keponakannya sendiri, bahkan gue juga sering minta tolong Om Ihsan buat mengerjakan PR gue kalau kebetulan ada PR yang gue gak bisa. Begitu seterusnya, dari hari ke hari gue makin dekat sama Om Ihsan. Gue ngerasa nyaman banget dekat Om Ihsan. Gue menganggap dia seperti paman sendiri, bahkan dia juga sayang ke gue. Suatu sore, kebetulan gue sedang bersantai di loteng belakang rumah. Gue mendengar suara gemericik air, seperti suara orang mandi. Gue mengintip dan rupanya Om Ihsan sedang mandi. Kebetulan dari loteng belakang rumah gue memang bersebelahan dengan kamar mandi di kontrakan Om Ihsan, dan ada sebuah lubang kecil yang gunakan buat liat isi kamar mandi itu. Gue terus memperhatikan Om Ihsan yang sedang mandi. Tubuh Om Ihsan kelihatan bagus tanpa busana dan hanya ditutupi busa-busa sabun. Gue yang melihat itu tak ada reaksi apapun, karena saat itu emang gue belum sadar kalau gue Gay. Beberapa hari kemudian gue kembali melihat kejadian yg sama, tapi kali ini ternyata bukan Om Ihsan tapi Om Doni, salah satu teman Om Ihsan yang juga tinggal disitu. Aku tidak begitu interest melihatnya. Besoknya gue iseng2 menunggu di loteng lagi, sapa tau Om Ihsan sedang mandi. Biasanya jam 5 sore Om Ihsan sudah pulang dari kantor. Sesuai dugaan tak lama kemudian gue liat Om Ihsan yang masuk dengan tubuh yang hanya dililit handuk biru. Gue menyaksikan Om Ihsan Mandi tanpa ada rasa apapun. Setelah kejadian tersebut, gak tau kenapa gue jd sering ngintip Om Ihsan tiap sedang mandi. Gue biasanya ngintip Om Ihsan supaya gue bisa liat kontolnya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Badan Om Ihsan tidak atletis, tapi cukup berisi dan sedap dipandang. Saat itu gue gak punya pikiran sama sekali untuk dapat menghisap kontol Om Ihsan atau tidur dengan Om Ihsan. Yang gue rasa hanya kekaguman, dan gue senang bisa liat kontol dia walaupun gue gak pernah liat kontol dia pas dalam keadaan ereksi. Saking seringnya gue ngintip Om Ihsan mandi gue jadi kepikiran gimana jadinya kalau gue bisa megang kontol Om Ihsan. Semakin lama ternyata gue makin kecanduan dan suka liat kontol Om Ihsan. Gue gak bisa kalau gak liat kontol Om Ihsan. Suatu waktu ketika weekend, gue ngerasa bosen dirumah. Gue sendirian, sementara ortu gue pergi dari pagi. Gue memutuskan ke rumah Om Ihsan. Seperti biasanya tiap gue masuk rumah Om Ihsan, asal pintu gak dkunci gue langsung nyelonong gitu aja. Kelihatanya sepi. Setahu gue emang dua teman Om Ihsan sudah 3 hari tugas keluar kota, jadi pasti dirumah masih ada Om Ihsan dan Om Doni. Gue langsung menuju kamar Om Ihsan, ternyata gue gak mendapati Om Ihsan. Sampai akhirnya gue mendengar suara ribut dari kamar Om Doni. Gue mendekat perlahan menuju kamar Om Doni. Ternyata pintu kamar Om Doni tidak tertutup rapat. Gue pun mendekat dan mengintip untuk mencari tahu apa yang terjadi di dalam. Begitu gue mengarahkan pandangan dari balik pintu ke dalam kamar Om Doni, betapa kagetnya gue. Gue menyaksikan Kejadian yang baru pertama kali gue liat. Ternyata di dalam ada Om Doni dan Om Ihsan yang dua-duanya dalam keadaan telanjang. Gue gak tau apa yang mesti gue lakuin. Tapi gue penasaran terhadap apa yang akan mereka kerjakan. Gue menyaksikan Om Ihsan saat itu sedang tengkurap sementara diatas tubuhnya ada Om Doni dengan kontolnya yang tertancap di pantat Om Ihsan. Gue ngeliat Om Doni menaik turunkan tubuhnya sambil sesekali menciumi leher Om Ihsan. Kebetulan saat itu mereka berdua membelakangi pintu tempat gue berada, jadi gue dengan leluasa melihat apa yang mereka kerjakan. Beberapa menit berlalu gue masih tetap diam di pintu melihat aksi mereka. Mereka masih melakukan aksi itu tanpa berubah posisi. Terdengar suara erangan Om Ihsan, sepertinya kesakitan. Tapi Om Doni sepertinya tidak peduli dan malah mempercepat gerakan naik turun pantatnya. Tak lama kemudian, Om Doni menghentikan gerakannya dan mengeluarkan kontolnya dari pantat Om Ihsan. Om Doni bangun dan membalikkan tubuh Om Ihsan. Sekarang terlihat jelas kontol Om Ihsan. Gue makin penasaran terhadap apa yang akan mereka kerjakan lagi. Gue terus termenung di balik pintu melihat aksi mereka berdua. Sekarang Om Ihsan sudah tidur dalam posisi terlentang. Ternyata Om Doni kembali menaiki Om Ihsan. Namun sekarang sepertinya Om Doni berusaha mengepaskan pantatnya agar kontol Om Ihsan dapat masuk ke pantatnya. Gue bisa liat jelas pantat Om Doni berada tepat diatas kontol Om Ihsan yang berdiri tegak dengan buah zakar yang menggantung besar ditutupi jembut2 sampai mendekati lubang pantatnya. Kontol Om Ihsan sepertinya susah untuk masuk ke pantat Om Doni. Apa karena ukuranya yg besar. Tapi Om Doni terus menurunkan pantatnya. Tampak tangan Om Ihsan memegangi kedua belah pantat Om Doni, sambil membantu memperbaiki posisi. Akhirnya pantat Om Edy sudah menutupi seluruh batang kontol Om Ihsan. Seketika kamar itu menjadi ramai dengan suara-suara dan desahan serta jeritan kecil dari mulut mereka. Bahkan suara hentakan tubuh merekapun terdengar oleh gue. Kini Om Doni kemabali menaik turunkan tubuhnya sambil tangan kirinya meremas-remas kontolnya dan tangan kanannya meraba-raba dada Om Ihsan. Teriakan-teriakan kecil terus terdengar. Mereka meneruskan aksinyatanpa sadar kalau gue sudah menyaksikan mereka berdua dari tadi. Gue yang dari tadi mengintip dari pintu hanya dapat melihat tubuh Om Doni dan Om Ihsan dari belakang. Gue penasaran melihat ekspesi wajah Om Ihsan. Gue mencoba melebarkan pintu sedikit sehingga kini agak jelas. Tubuh mereka bercucuran keringat. Tampak jelas tubuh Om Doni yang mengkilat basah oleh keringat disekujur tubuhnya, bahkan beberapa menetes ke tubuh Om Ihsan. Gue memperhatikan Om Ihsan sedang terpejam sepertinya sangat menikmati permainan itu. Tak lama setelah terdengar teriakan panjang dari Om Ihsan. Gue ngeliat Om Doni segera mengeluarkan kontol Om Ihsan dari pantatnya. Terlihat pantat Om Doni mengeluarkan sperma kental yang dimuncratkan Om Ihsan saat kontolnya masih berada di dalam pantat Om Doni. Sementara kontol Om Ihsan terlihat mengecil dan masih basah oleh sisa sperma. Om Ihsan terlihat lemas. Sementara Om Doni gue liat masih asyik jilatin sisa sperma di kontol Om Ihsan. Setelah selesai membersihkan kontol Om Ihsan, Om Doni terus mengocok kontolnya sendiri sampai akhirnya spermanya bermuncratan di perut dan dada Om Ihsan. Om Doni tampaknya sangat puas. Dia lalu meratakan spermanya yang tumpah di dada dan perut Om Ihsan hingga kini seluruh tubuh Om Ihsan berlumuran spermanya Om Doni. Seketika itu Om Doni langsung menindih dan memeluk Om Ihsan, mereka berdua berciuman mesra hingga akhirnya mereka tertidur sambil berpelukan. Setelah Melihat kejadian itu gue gak sadar kalau celana gue sudah basah. Gue langsung pulang dan menutup pelan2 pintunya agar mereka berdua tidak terbangun. Setelah kejadian itu gue terus kepikiran dan terbayang tentang apa yang sebenarnya mereka lakukan. Sampai akhirnya gue tau sendiri banyak tentang sex, gay, dan banyak lagi. Kejadian sore itu membuat aku semakin penasaran terhadap Om Ihsan dan Om Doni. Tapi hari-hari berikutnya gue bersikap biasa saja seperti tak terjadi apa-apa. Gue masih sering main dirumah Om Ihsan dan mengintip dia dari loteng. Tak terasa hampir 1 tahun Om Ihsan tinggal di sebelah rumahku. Ternyata dia memutuskan pindah, karena pekerjaannya yang mengharuskan dia pindah. Sementara Om Doni dan 2 orang lain masih tinggal disitu. Tapi kadang-kadang gue masih sering beberapa kali melihat Om Ihsan berkunjung menemui Om Doni, tak jarang Om Ihsan juga mampir ke rumah gue hanya sekedar membawa oleh-oleh karena memang keluarga gue juga lumayan dekat dengan dia terutama gue. Sepertinya walaupun Om Ihsan dan Om Doni sudah tidak tinggal 1 rumah mereka masih sering berhubungan. Tiap gue ngeliat Om Ihsan datang gue selalu membayangkan apakah mereka berdua akan melakukan hal yang sama seperti yang gue liat waktu itu. Sejak kepindahan Om Ihsan gue sekarang jadi sering mengintip Om Doni mandi. Kalau di bandingkan dengan tubuh Om Ihsan, memang tubuh Om Doni lebih bagus dan putih, apalagi dadanya juga ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat. Tapi bagaimanapun gue lebih suka dengan bentuk tubuh Om Ihsan. Sampai saat ini Gue tetap merahasiakan hubungan mereka. Dan mereka pun tidak pernah tau kalau aku pernh melihat kejadian itu. Seandainya mereka tahu apakah gue bisa bergabung dengan mereka? Sejak itu gue baru tahu ada kehidupan yang tidak biasa dan itu justru adalah kenikmatan. Gue masih berharap kalau gue bisa memiliki tubuh Om Ihsan.
END of .