My Beloved Hometown
submitted April 5, 2010
Categories: In Indonesian
Liburan long weekend ini gw putuskan untuk pulang ke kampung halaman gw yang berada di kaki sebuah gunung di daerah Jawa Barat yang membuat suasana desa itu sejuk dan nyaman.
Menjelang sore gwe tiba di terminal desa kampung halaman gwe dan sungguh terkejut bahwa yang menjemput gwe adalah Ishan, abang angkat gwe yang gw idolakan dan gwe sukai semenjak gwe puber dan sadar kalo gwe lebih bergairah melihat kontol lelaki.
Ishan sendiri 3 tahun lebih tua dari gwe dan dia adalah anak dari temen baik bokap gwe. Kedua orangtuanya meninggal waktu dia masih berumur 5 tahun dan lalu bokap nyokap gwe memutuskan mengangkat Ihsan menjadi anak karena Ihsan tidak memiliki kerabat lagi.
“pa khabar Dik Gani?” sapa Ihsan
“Baik Kang! Nggak nyangka dijemput,” jawab gwe dengan senyuman paling manis. Makin hari tambah ganteng ajah negh abang pujaan hati gwe, kulitnya hitam karena sering bekerja di ladang, bekas cukuran di dagunya membuatnya tambah macho.
“Kebetulan udah beres kerjaan, dan sekalian belanja dikit nih,” jawab Ihsan.
Kami naik motor untuk sampai di rumah. Selama perjalanan gwe melingkarkan tangan gwe ke pinggang Ihsan. dan setiap ada gajrukan gwe sengaja menjatuhkan tangan gwe ke selangkangan depannya. Ihsan tampaknya tak sadar dengan hal ini.
Sesampainya di rumah, kedua orang tua gwe menyambut gwe dan mengobrol panjang lebar tentang kuliah gwe dan macem macem.
Malemnya hujan turun dengan deras dan karena kamar gwe sedang direnovasi akhirnya selama liburan ini gwe akan tidur sekamar dengan Kang Ihsan pujaan gwe ini.
“Dik, kamu tidur di ranjang aja, saya gelar kasur dilantai ajah nggak apa apa kok,” kata Ihsan.
“eh, jangan kang! Ujan ujan gini! Dingin tidur dilantai biar gelar kasur juga,” kata gwe. Gile ajah gw buang buang kesempatan seranjang sama si akang ini. Gwe udah bertekat, malam ini gwe harus merasakan kejantanannya yang udah gwe idam-idamkan selama ini. “seranjang juga masih muat kok! Lagian ranjang kang ihsan juga lebar gini.”
“kamu nggak kesempitan?” tanyanya lagi
“nggak! Udah nggak apa apa kang!” kata gwe.
Kang Ihsan lalu mengganti baju dan hanya dengan berboxer saja dia lalu naik ke ranjang. Sungguh pemandangan yang menggugah gairah seorang homo tulen kayak gwe. Kerja di ladang membuat tubuh Ihsan terbentuk secara alami dan ditumbuhi bulu bulu halus di dadanya.
“nggak dingin kang tidur cuma pake boxer ajah?’ tanya gwe sambil rebahan di sampingnya disebelah dalam.
“dah biasa akang tidur kayak gini,” kata Ihsan. “kamu dingin dik? Sini deket sama akang ajah.”
Masa gwe tolak, langsung ajah dengan pede gwe narik tangan Kang Ihsan sehingga dalam posisi ngerangkul gwe dan dengan nyaman gwe sandarin kepala gwe ke dada Kang Ihsan. bulu halus itu menggelitik pipi gwe. Kang Ihsan tampak terkejut dengan ulah gwe ini, tapi bukannya mendorong gwe menjauh dia malah tersenyum.
“udah nggak dingin lagi dik?” kata Ihsan.
“lumayang kang,” kata gwe lagi lalu dengan perlahan gwe mulai membelai dada dan perut kang Ihsan.
“Dik, kamu ngapain?” tanya Kang Ihsan yang melihat tangan gwe bergerilya itu.
Lalu diluar dugaan Ihsan dan juga gwe sendiri, gwe bangkit dan lalu duduk mengangkangi Ihsan tepat diatas kontol Ihsan dan mulai menggerakan pantat gwe menggesek kontol Ihsan.
“Masih dingin saya kang,” kata gwe pelan dan dengan nada manja. Tangan gwe meremas dada bidang berbulu Ihsan.
Ihsan diam menatap gwe lalu dia bangkit duduk dan lalu memeluk gwe sambil berbisik, “Kang Ihsan nggak keberatan buat ngangetin adik dengan cara yang adik mau. Tapi jangan ngomong ke siapa siapa ya.”
Gwe tersenyum puas, lalu mendorong Ihsan kembali terlentang dan mulai menggerakan pantat gwe diatas kontol Ihsan yang gwe rasakan mulai mengeras. Gwe lalu terlungkup menindih Ihsan dan mulai bergerak menjelajahi tubuh Ihsan sampai akhirnya gwe melepaskan boxer yang dipakainya dan plop, kontol Ihsan yang masih setengah nganceng terpampang di depan gwe.
Nggak buang-buang waktu, kontol itu langsung gwe lahap dan gwe isep sambil lidah gwe ngejilatin kepala kontolnya. Ihsan menggelinjang keenakan, mulutnya mengeluarkan desahan tertahan. Mulut gwe dengan ganas mulai mengenyot abis kontol Ihsan sampai akhirnya mengeras memanjang menjadi 17cm.
Puas gwe ngisep kontol idaman gwe itu, gwe lalu bangun. Ihsan yang tengah keenakan memandang gwe dengan heran, “kok stop dik? Akang lagi enak nih!”
“yee si akang! Saya yang minta diangetin malah dia yang keenakan,” kata gwe ngeledek.
“abis kamu pinter ngemutnya,” kata Ihsan nyengir. “lanjutin lagi dik,”
“emang lanjut, tapi sekarang gantian kang ihsan yang ngentotin aku,” kata gwe.
“maksudnya?” tanya Ihsan bingung, tangannya tampak mengocok kontolnya biar tetep nganceng.
Gwe memutar bola mata gwe. Abang gwe ini memang lelaki super sejati yang nggak tau gimana cara ngentotin cowok. “aku mau akang nyodomi aku!”
“oohhh! Bukannya sakit dik?” tanya dia
“nggak! Udah, yang pasti kang ihsan bakal keenakan lagi degh,” kata gwe.
“hayuu atuu,” kata kang ihsan yang langsung semangat begitu denger kata keenakan.
Gwe lalu menyuruh kang ihsan mengolesi kontolnya dengan baby oil yang gwe bawa kemana mana. Lalu dia terlungkup diatas body gwe yang juga udah terlungkup di ranjang dengan bantal yang mengganjal dibagian pantat gwe agar terangkat.
Ihsan mengarahkan kontolnya ke lobang pantat gwe dan mulai melesakan masuk. Perlahan kontol itu mulai masuk dan akhirnya terbenam semuanya di dalam lobang pantat gwe.
“enak dik! Sempit!” kata Ihsan
“dienjot kang hayuu,” pinta gwe.
Ihsan mulai menarik keluar kontolnya dan lalu membenamkannya kembali. Ihsan memeluk gwe sementara mulutnya meracau mengeluarkan desahan nikmat.
Ihsan menggeram lalu mencupang pundak gwe saat kontolnya meledak mengeluarkan pejunya yang seperti air bah di dalam lobang pantat gwe. Semprotan peju itu seperti tiada akhir memenuhi lobang pantat dan mengalir keluar.
Ihsan tetap membenamkan kontolnya dipantat gwe biarpun udah lemes.
“dah anget dik?” bisik Ihsan
“lumayan kang,” balas gwe berbisik.
“kalo masih dingin, bilang ajah ya dik,” bisik Ihsan lagi.
“pasti kang,” jawab gwe
myself22@ymail.com